SEOBGBATAK2 SEOBGBATAK15 SEOBGBATAK19 SEOBGBATAK25 SEOBGBATAK27 SEOBGBATAK22 SEOBGBATAK22 SEOBGBATAK22
https://auroratoto-1.com https://auroratoto-2.com https://kelurahanpekelingan.gresikkab.go.id/assets/th/ https://silihpas.pasuruankota.go.id/assets/daftar/ https://satudata.sumselprov.go.id/assets/daftar/ https://jurnal.unsia.ac.id/trash/ https://kelurahansidokumpul.gresikkab.go.id/themes/img/ https://ppid.disnak.jatimprov.go.id/public/demo/ https://dbmsda.bekasikota.go.id/assets/galeri/image/ http://kecamatanpadanghulu.tebingtinggikota.go.id/assets/img/ https://sipesat.tangerangselatankota.go.id/img/ https://disdalduk-kb.enrekangkab.go.id/wp-content/terbaik/ https://dbmsda.bekasikota.go.id/assets/perkin/trap/
PPAD https://ppad.or.id/ Fri, 02 Jun 2023 18:14:59 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.4 https://ppad.or.id/wp-content/uploads/2020/08/b5a4c700-3431-489a-971d-30965334fa77-e1685537946663-150x150.png PPAD https://ppad.or.id/ 32 32 Sejarah Ibadah Kurban dalam Islam https://ppad.or.id/sejarah-ibadah-kurban-dalam-islam/ https://ppad.or.id/sejarah-ibadah-kurban-dalam-islam/#respond Fri, 02 Jun 2023 17:56:32 +0000 https://ppad.or.id/?p=18554

          Tradisi penyembelihan hewan kurban itu dilestarikan dari waktu ke waktu hingga masyarakat Arab jahiliyah menyembah berhala. Tradisi penyembelihan hewan kurban juga akhirnya tiba juga pada bangsa Arab di era Nabi Muhammad SAW.

          Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa masyarakat Arab jahiliyah memiliki tradisi penyembelihan hewan kurban dari sudut pandang fisik. Masyarakat Arab di masa Jahiliyah menyembelih hewan kurban untuk berhala-berhala mereka, lalu meletakkan daging kurban itu di sekitar berhala, dan memercikkan darah kurban pada berhala.

          Allah kemudian menurunkan Surat Al-Hajj ayat 37, “Daging-daging unta dan darahnya itu tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah sama sekali, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya atas kamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”

          Ibnu Katsir juga mengutip cerita Ibnu Juraij yang mengatakan bahwa masyarakat Arab Jahiliyah membanjiri Ka’bah dengan daging kurban dan memercikkannya dengan darah kurban. Para sahabat rasul mengatakan, “Kami lebih berhak memercikkan darah hewan kurban ke Ka’bah.” Allah kemudian menurunkan Surat Al-Hajj ayat 37, “Daging-daging unta dan darahnya itu tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah sama sekali, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” Maksudnya, Allah menerima dan membalas ibadah kurbanmu.

          Ibnu katsir juga mengutip hadits Rasulullah, “Sungguh, Allah tidak melihat bentuk dan hartamu, tetapi melihat hati dan perbuatanmu.” Hadits Rasulullah riwayat Aisyah RA menyebutkan, “Sungguh, sedekah itu akan sampai di ‘tangan’ Allah yang bersifat rahman sebelum sampai di tangan pengemis. Sungguh, darah hewan kurban menetes lebih dahulu di sisi Allah sebelum tumpah ke tanah.” (HR Ibnu Majah dan At-Turmudzi). Ayat ini disebutkan untuk menyatakan penerimaan Allah atas amal hamba-Nya yang ikhlas. Tidak ada makna lain bagi ulama yang teliti dan cermat selain makna ini. Wallahu a’lam. (Ibnu Katsir).

          Syekh Ali As-Shabuni dalam Rawa’iul Bayan, Tafsiru Ayatil Ahkam minal Qur’an, ([Kairo, Darul Alamiyyah: 2015 M/1436 H], juz I, halaman 499) mengutip tafsir Ruhul Ma’ani karya Syihabuddin Al-Alusi, Majma’ul Bayan karya At-Thabrasi, dan Ad-Durrul Mantsur karya As-Suyuthi, yang menukil pendapat Mujahid bahwa para sahabat rasul awalnya ingin melakukan penyembelihan kurban, mencincang daging, menempatkannya di sekitar Ka’bah, dan memercikkannya dengan darah kurban sebagai bentuk ketakziman terhadap Ka’bah dan bentuk taqarrub kepada Allah. Allah kemudian menurunkan Surat Al-Hajj ayat 36, “Telah Kami jadikan unta-unta itu sebagian syi’ar Allah untuk kamu. Kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya.

          Oleh karena itu, sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Jika telah roboh (mati), maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang qana’ah dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur.” Ketika bangsa Arab telah memeluk agama Islam dan ingin melakukan seperti yang mereka lakukan pada masa jahiliyah, Surat Al-Hajj ayat 36 turun dan menegur mereka atas maksud tersebut. Surat Al-Hajj ayat 36 kemudian menunjuki mereka dengan praktik ibadah kurban yang lebih layak dan patut bagi mereka. (As-Shabuni, 2015 M/1436 H: 499) Tafsir Al-Bahrul Muhith karya Abu Hayyan menerangkan Surat Al-Hajj ayat 37 bahwa daging kurban yang disedekahkan dan darah hewan yang tumpah tidak akan mengenai keridhaan Allah.

          Sedangkan orang yang berkurban tidak akan membuat ridha Allah kecuali dengan menjaga niat, keikhlasan, dan kehati-hatian dalam menjaga kaidah-kaidah syariat serta kewara’an.   Jika semua itu tidak dijaga, maka ibadah kurban dan taqarrub itu tidak akan bermanfaat kepada mereka sekalipun hewan kurban yang mereka sembelih itu banyak. (Al-Bahrul Muhith, Abu Hayyan) Wallahu a’lam.

]]>
https://ppad.or.id/sejarah-ibadah-kurban-dalam-islam/feed/ 0
Benarkah menyayangi anak yatim adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Rasulullah Muhammad SAW. https://ppad.or.id/benarkah-menyayangi-anak-yatim-adalah-salah-satu-cara-untuk-mendekatkan-diri-kepada-rasulullah-muhammad-saw/ https://ppad.or.id/benarkah-menyayangi-anak-yatim-adalah-salah-satu-cara-untuk-mendekatkan-diri-kepada-rasulullah-muhammad-saw/#respond Tue, 30 May 2023 04:06:29 +0000 https://ppad.or.id/?p=18288 Rasulullah merupakan contoh teladan yang sangat peduli terhadap anak yatim dan selalu mendorong umatnya untuk berbuat baik kepada mereka. Berikut adalah beberapa bukti tentang kedekatan Rasulullah dengan anak yatim:

  1. Pengalaman Pribadi Rasulullah: Rasulullah sendiri mengalami masa kecil sebagai yatim piatu. Karena pengalaman tersebut, beliau memahami rasa kesendirian, kehilangan, dan kebutuhan kasih sayang yang dialami oleh anak yatim.
  2. Perintah untuk Merawat Anak Yatim: Dalam Al-Quran, Allah SWT memberikan perintah yang tegas kepada umat Muslim untuk merawat dan menyayangi anak yatim. Rasulullah sebagai utusan Allah secara konsisten mendorong umatnya untuk menjalankan perintah tersebut dan memberikan contoh dalam tindakan nyata.
  3. Perhatian Rasulullah kepada Anak Yatim: Rasulullah SAW secara aktif memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak yatim di sekitarnya. Beliau memberikan perlindungan, bantuan materi, dan pendidikan kepada mereka. Rasulullah selalu menunjukkan kelembutan dan kepedulian terhadap mereka, menghadirkan kebahagiaan dan memberikan perasaan aman kepada anak yatim.
  4. Penghargaan Rasulullah kepada Orang yang Merawat Anak Yatim: Rasulullah SAW memberikan penghargaan yang tinggi kepada mereka yang merawat dan menyayangi anak yatim. Beliau menyatakan bahwa orang yang merawat anak yatim akan berada di surga bersamanya seperti dua jari yang berdekatan.

Dengan menyayangi anak yatim, kita mengikuti jejak dan teladan Rasulullah dalam memberikan perhatian, kasih sayang, dan perlindungan kepada mereka. Hal ini tidak hanya mendekatkan kita kepada Rasulullah, tetapi juga mendapatkan keberkahan dan pahala besar dari Allah SWT. Dalam menyayangi anak yatim, kita dapat menunjukkan kepedulian sosial, merawat sesama manusia, dan mewujudkan nilai-nilai kebaikan yang diajarkan oleh Islam.

]]>
https://ppad.or.id/benarkah-menyayangi-anak-yatim-adalah-salah-satu-cara-untuk-mendekatkan-diri-kepada-rasulullah-muhammad-saw/feed/ 0
Hikmah di balik sedekah atau berbagi https://ppad.or.id/hikmah-di-balik-sedekah-atau-berbagi/ https://ppad.or.id/hikmah-di-balik-sedekah-atau-berbagi/#respond Tue, 30 May 2023 04:03:37 +0000 https://ppad.or.id/?p=18286

Berbagi atau sedekah dalam Islam memiliki banyak hikmah dan manfaat baik bagi individu maupun masyarakat. Beberapa hikmahnya antara lain:

  1. Mendekatkan Diri kepada Allah: Berbagi atau sedekah adalah bentuk ibadah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Dalam Islam, sedekah dianggap sebagai salah satu cara untuk membersihkan jiwa dan meningkatkan ketaqwaan seseorang kepada Allah.
  2. Menumbuhkan Rasa Syukur: Dengan berbagi atau sedekah, seseorang dapat menghargai dan mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah. Dengan menyadari bahwa harta yang dimiliki bukanlah kepunyaan mutlak, seseorang akan lebih bersyukur dan bersedia berbagi kepada sesama yang membutuhkan.
  3. Menghapuskan Dosa: Sedekah memiliki kekuatan untuk menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan oleh seseorang. Rasulullah SAW bersabda bahwa sedekah memiliki sifat yang dapat memadamkan api kemarahan Allah dan mencegah datangnya bencana.
  4. Meningkatkan Kebaikan dan Berkah: Berbagi atau sedekah dapat membawa berkah dan kebaikan dalam kehidupan seseorang. Allah SWT berjanji untuk melipatgandakan pahala bagi mereka yang berbuat kebaikan dan memberikan sedekah dengan ikhlas.
  5. Menjalin Silaturahmi dan Solidaritas Sosial: Dengan berbagi atau sedekah, hubungan silaturahmi antarindividu dan masyarakat dapat terjalin dengan baik. Sedekah juga dapat memperkuat solidaritas sosial dalam masyarakat, membantu mereka yang membutuhkan, dan menciptakan ikatan emosional yang lebih kuat antara sesama Muslim.
  6. Mengurangi Ketidakadilan dan Ketimpangan Sosial: Berbagi atau sedekah dapat membantu mengurangi ketidakadilan dan ketimpangan sosial dalam masyarakat. Dengan memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin dapat diperkecil, menciptakan masyarakat yang lebih adil dan merata.

Melalui berbagi atau sedekah, seseorang tidak hanya memberikan manfaat material kepada orang lain, tetapi juga memperoleh keberkahan, kebahagiaan, dan kedamaian dalam hati. Berbagi atau sedekah juga merupakan sarana untuk membentuk pribadi yang lebih mulia dan mewujudkan nilai-nilai kasih sayang, kepedulian, dan keadilan dalam kehidupan sehari-hari.

]]>
https://ppad.or.id/hikmah-di-balik-sedekah-atau-berbagi/feed/ 0
Keutamaan Menyantuni Anak Yatim, Piatu dan Dhuafa https://ppad.or.id/keutamaan-menyantuni-anak-yatim-piatu-dan-dhuafa/ https://ppad.or.id/keutamaan-menyantuni-anak-yatim-piatu-dan-dhuafa/#respond Tue, 30 May 2023 03:57:49 +0000 https://ppad.or.id/?p=18284 Dalam Islam, menyantuni anak yatim memiliki banyak keutamaan yang dianjurkan. Beberapa keutamaan tersebut antara lain:

  1. Pahala dan Kebahagiaan: Menyantuni anak yatim adalah perbuatan mulia yang mendatangkan pahala besar di sisi Allah. Rasulullah Muhammad SAW bersabda bahwa orang yang merawat dan memperhatikan anak yatim akan berada di surga bersamanya seperti dua jari ini (menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah yang saling berdekatan).
  2. Kasih Sayang: Menyantuni anak yatim merupakan wujud kasih sayang dan perhatian terhadap sesama. Rasulullah SAW sangat menekankan pentingnya memberikan kasih sayang kepada anak yatim dan memperlihatkan kepedulian terhadap mereka.
  3. Pengampunan Dosa: Menyantuni anak yatim juga dianggap sebagai salah satu cara untuk mendapatkan pengampunan dari Allah. Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang merawat anak yatim akan ditempatkan bersama-sama dengan Rasulullah di surga.
  4. Kebaikan dan Berkah: Memberikan perhatian dan bantuan kepada anak yatim dapat membawa berkah dalam kehidupan seseorang. Allah SWT berjanji untuk memberikan keberkahan dalam harta, waktu, dan kehidupan bagi mereka yang peduli terhadap anak yatim.
  5. Mencontoh Rasulullah: Rasulullah SAW sendiri adalah contoh teladan dalam menyantuni anak yatim. Beliau sangat perhatian terhadap anak yatim dan selalu memerintahkan umatnya untuk berbuat baik kepada mereka.

Dalam menjalankan santunan kepada anak yatim, penting untuk melakukannya dengan ikhlas dan tanpa mengharapkan imbalan dari manusia. Menyantuni anak yatim bukan hanya memberikan bantuan materi, tetapi juga memberikan kasih sayang, pendidikan, dan perhatian yang mereka butuhkan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.

]]>
https://ppad.or.id/keutamaan-menyantuni-anak-yatim-piatu-dan-dhuafa/feed/ 0